Senin, 15 April 2013

Kantor Pos-ku Sayang Kantor Pos-ku Malang

Memasuki dunia yang dipenuhi oleh teknologi tinggi yang tengah berkembang disekitar budaya masyarakat kini membuat Kantor Pos tersisih dan beralih fungsi. Semua kegiatan telah dipermudah dengan hanya "klik", "touch", and "send". Gadget telah merampungkan semua fungsi komunikasi, baik dalam memberikan kabar, informasi, pengiriman uang, dan lain-lain.

Dan apakah yang terjadi dengan Kantor Pos di tempatku???

Aku merupakan pengguna setia Media Pos, sejak Sekolah Dasar aku sering melakukan pengiriman via POS ke berbagai redaksi majalah anak-anak. Sampai sekarangpun aku tetap menggunakan jasa POS. Tapi dulu dan kini sudah BERBEDA, yang dulunya aku mengirimkan kartu pos dan surat dengan cara menempelkan PRANGKO sekarang saya selalu menerima STRUK PEMBAYARAN dan KENA PAJAK.

Kantor Pos pun beralih fungsi menjadi tempat pembayaran kredit dan iuran (sungguh miris!). Yang biasanya orang datang ke kantor pos untuk kegiatan surat menyurat dan saling mengirim kartu pos dan wesel pos, kini Kantor Pos menjadi tempat guna ORANG MEMBAYAR HUTANG!

Dan sedihnya sekali, kemarin (16-4-2013) saya mendapatkan pelayanan yang sangat tidak memuaskan. Dimana salah satu petugas wanita mengintrogasi mail saya dengan keterlaluan. Ia menanyakan apa isi dari amplop saya, saya bilang "itu isinya kerajinan tangan mbak sebuah prakarya". Dan ia menanyakan kembali "iya mbak saya tahu, tapi isinya apa? Kami berhak mengetahui isi dari pengirim". Kemudian saya jawab kembali "itu isinya prakarya mbak, terbuat dari kain flanel. Tidak berbahaya kok dan saya berani menjamin atas apa yang saya kirim". Dan teller ini terus mengintrogasi dan menekan-nekan isi dari amplop saya kemudian bertanya kembali "ini apa mbak? kenapa keras-keras begini?". Saya yang sudah kehilangan kesabaran pun menjawab "Mbak, itu isinya prakarya dari kain flanel dan yang keras itu kain flanelnya. Saya enggak mengirim yang macem-macem kok, mbak silahkan buka amplopnya dan lihat isinya akan tetapi mbak yang harus membungkusnya kembali bagaimana! Dan tujuan pengiriman saya juga ke Redaksi Album Donal Bebek (maaf menyebutkan nama) dan itu majalah anak-anak, masa saya mengirimkan sesuatu hal yang berbahaya!". Kemudian petugas wanita tersebut menuliskan isi kiriman saya dengan "Kain Prakari" (Jelas Salah dalam EYD Bahasa Indonesia). Dan memberitahukan jumlah yang harus saya bayar. Setelah saya bayar beliau pun tidak mengucapkan kata "terimakasih" sebagaimana teller-teller profesional yang sering saya temui di Bank, Kasir, dan Warung Manisan pun bila kostumer membayar selalu mengucapkan "terimakasih".

Saya tidak tahu untuk berkomentar apalagi dengan situasi yang telah merusak MY MONDAY. Yang pasti saran saya adalah, "tolong, siapapun anda, apapun pekerjaan anda, lakukanlah dengan tanggung jawab, sopan dan santun dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Anda tidak akan jadi apa-apa tanpa masyarakat yang membutuhkan jasa anda. Apabila anda bekerja tapi tidak menawarkan jasa baik, maka reputasi andalah yang KAMI PERTANYAKAN!"

terimakasih dan maaf atas situasi ini...
tertanda
Rizma Arimbi